Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp RakyatNTT.ID
+ Gabung
SUATU pagi di UPTD SD Inpres Bertingkat Oepura 4, Kota Kupang, seorang kepala sekolah (MRDW) tampak sibuk. Ia bukan hanya memeriksa absen guru atau menandatangani dokumen rutin, tapi juga berdiskusi hangat dengan guru-guru tentang bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa kelas bawah. Topiknya: bagaimana membuat pelajaran Matematika lebih menyenangkan. Ia bukan memberi instruksi, tapi bertanya, mendengarkan, merangkul.

Itulah gambaran kepemimpinan kepala sekolah yang saya temui dalam penelitian saya bukan pemimpin yang duduk di belakang meja, tetapi penggerak perubahan dari barisan depan.
Selama bertahun-tahun, Indonesia telah mencoba berbagai strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu kebijakan besar yang digaungkan sejak era reformasi adalah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Intinya sederhana: beri sekolah otonomi, libatkan masyarakat, dan dorong pengambilan keputusan dari bawah. Namun, dalam praktiknya, banyak sekolah yang bingung harus memulai dari mana. Karena satu unsur penting sering kali terlupa: siapa yang akan mengarahkan semua ini?
Jawabannya adalah kepala sekolah. Tapi bukan kepala sekolah biasa melainkan pemimpin sejati.
Ketika Kepemimpinan Membuat Angka Bicara
Penelitian yang saya lakukan di UPTD SD Inpres Bertingkat Oepura 4 melibatkan 28 responden. Saya ingin tahu, apakah kepemimpinan kepala sekolah memang punya dampak nyata terhadap pelaksanaan MBS? Hasilnya mencengangkan: koefisien korelasi sebesar 0,849. Artinya, semakin baik kepemimpinan seorang kepala sekolah, semakin tinggi pula kualitas penerapan MBS di sekolah itu. Bahkan, model regresi yang saya susun menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu poin kepemimpinan akan meningkatkan skor MBS sebesar hampir satu poin (0,947).


WA Channel
Ikuti Kami
Subscribe
Tinggalkan Balasan