Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp RakyatNTT.ID
+ Gabung
TULISAN ini terinspirasi oleh kolom Ahmad Najib Burhani (ANB) di Kompas.id (19 September, 2025) yang berjudul “Mitsuo Nakamura”. Dalam tulisannya, ANB mengulas tentang Mitsuo Nakamura, anthropolog asal Jepang, berusia 92 tahun. Namun, pada usia itu, dia tetap produktif. Sebab, seperti ilmuwan Jepang pada umumnya, dalam jiwanya ada spirit hitozukuri dan monozukuri.

Hitozukuri, menurut ANB, berarti “kerapihan, ketelitian, kedisiplinan, ketekunan, dan kerja keras. Ia merupakan pembentukan karakter moral dan upaya menumbuhkan mindset khusus. Intinya merupakan budaya untuk membentuk excellent being atau excellent self (pribadi yang utama)”.
Sedangkan, monozukuri, kata ANB, bermakna “keinginan besar dan ambisi untuk mencapai kesempurnaan dalam setiap produk dan proses. Dalam semangat kaizen, tradisi ini diwujudkan dalam upaya untuk terus memperbaiki dan menyempurnakan keahlian atau kepakaran dan berbagai proses untuk mencapai hasil yang unggul.”
Dalam tulisan tersebut, ANB, Dirjen Sains dan Teknologi pada Kemendiktisaintek, menyampaikan bahwa para ilmuwan Indonesia belum memiliki spirit hitozukuri dan monozukuri itu. Akibatnya, hampir tidak ada capaian ilmuwan Indonesia yang membuat dunia tercengang. Ini berbeda sekali, menurut ANB, dengan Mitsuo Nakamura yang menghasilkan karya besar, seperti “Bulan Sabit Muncul dari Balik Pohon Beringin: Studi tentang Pergerakan Muhammadyah di Kotagede. Yogyakarta (1983. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press).


WA Channel
Ikuti Kami
Subscribe