Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp RakyatNTT.ID
+ Gabung
SEJAK diberlakukannya Kurikulum 2013, pembelajaran tematik terpadu menjadi jargon yang kerap digaungkan sebagai bentuk revolusi pendidikan dasar. Di atas kertas, pendekatan ini menjanjikan integrasi lintas mata pelajaran melalui tema yang kontekstual, aktif, dan menyenangkan. Namun, seperti banyak kebijakan pendidikan lainnya, antara ide dan praktik seringkali terpisah jurang kenyataan.
Penelitian mendalam oleh penulis (2019) di SD Santa Angela Atambua membuka tabir tantangan dan peluang implementasi tematik terpadu di lapangan. Studi ini menyoroti fase perencanaan, strategi pelaksanaan, dan hasil pembelajaran di kelas tinggi, dan temuan-temuannya sangat relevan bagi kita yang peduli terhadap wajah pendidikan dasar hari ini.
Dalam studi tersebut, guru diberikan ruang untuk menyusun silabus dan RPP berbasis tematik secara kolaboratif dalam forum kerja guru. Pendekatannya mengikuti standar saintifik: mengamati, menanya, mengumpulkan data, menalar, dan mengomunikasikan. Di atas kertas lagi-lagi semua terlihat ideal.
Namun realitas di lapangan berbeda. Guru dituntut mengintegrasikan berbagai mata pelajaran ke dalam satu tema besar, menyusun indikator lintas kompetensi, sambil tetap mengurus administrasi kelas yang tak pernah surut. Hasilnya: pendekatan yang ideal ini menjadi rumit ketika sistem tidak memberikan cukup dukungan.



WA Channel
Ikuti Kami
Subscribe
Tinggalkan Balasan