DI Kota So’E, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi NTT, akan dibangun sebuah sekolah unggul, yaitu SMA Unggul Garuda. Itu perintah Pemerintah Pusat yang diamini Pemda NTT, termasuk Kabupaten TTS yang menyiapkan lahan 20 hektar untuk sekolah itu. Dari lahan seluas itu, dua hektar segera digunakan untuk membangun sekolah, sarana, dan prasarana pendukungnya. Sekolah, yang akan selesai dibangun Juni 2026 dan murid perdananya diterima Juli 2026 itu, didirikan sebagai salah satu wujud delapan Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Presiden Prabowo Subianto. Fokusnya, menurut Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, adalah peningkatan “mutu pendidikan sains dan teknologi di Indonesia“ dengan “menjangkau para siswa yang selama ini menghadapi keterbatasan akses pendidikan berkualitas, khususnya di daerah-daerah tertinggal“ seperti NTT (Indonesia Times, 1 Juli, 2025).

Untuk menyegarkan ingatan kita, kedelapan PHTC tersebut disebut ulang berikut ini, yaitu: 1. “Makan siang bergizi gratis; 2. Pemeriksaan kesehatan gratis, menurunkan kasus TBC 50% dalam 5 tahun dan membangun RS langkap berkualitas di kabupaten; 3. Membangun lumbung pangan desa, daerah, dan nasional; 4. Membangun sekolah-sekolah unggul terintegrasi di setiap kabupaten, dan memperbaiki sekolah-sekolah yang perlu renovasi; 5. Melanjutkan dan menambahkan program kartu-kartu kesejahteraan sosial serta kartu usaha; 6. Menaikkan gaji ASN (terutama guru, dosen, dan tenaga kesehatan), TNI/Polri, dan pejabat negara; 7. Melanjutkan pembangunan infrastruktur desa, bantuan langsung tunai (BLT), dan menyediakan rumah murah bersanitasi baik untuk yang membutuhkan; dan, 8. Mendirikan Badan Penerimaan Negara dan meningkatkan rasio penerimaan negara ke 23%” (DDC News: Trusted Indonesian Tax News Portal, 21 Oktober, 2024). Jadi, SMA Unggul Garuda tersebut bagian dari PHTC keempat dan, bagi NTT, sekolah itu (nanti) sebuah kabar gembira.