DELAPAN dekade merdeka. Sebuah usia yang cukup matang bagi sebuah bangsa untuk merefleksikan perjalanan sejarahnya bukan semata sebagai seremoni kenegaraan, tetapi sebagai momen evaluasi dan transformasi.

Tema “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju” yang diangkat dalam peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia tahun 2025 ini bukan sekadar slogan, melainkan kompas moral dan visi kolektif tentang bangsa seperti apa yang ingin kita bangun bersama.

Namun, pertanyaannya: Sudahkah kita sungguh bersatu? Benarkah kita telah berdaulat? Sejauh mana rakyat telah sejahtera? Dan apakah Indonesia sungguh sedang maju atau hanya tampak maju di permukaan?

1. Bersatu: Mimpi yang Terus Diuji

Persatuan Indonesia adalah anugerah sekaligus tantangan abadi. Keberagaman suku, agama, ras, bahasa, dan budaya yang diwariskan oleh sejarah dan geografi, merupakan fondasi kekayaan bangsa. Namun dalam banyak momen, keberagaman ini diuji oleh politik identitas, ujaran kebencian, polarisasi sosial, dan ketimpangan pembangunan antarwilayah.

Di tengah derasnya arus informasi dan media sosial yang kadang memperuncing perbedaan, narasi persatuan harus dihidupkan bukan hanya di buku teks PPKn atau di momen upacara bendera, melainkan dalam kebijakan publik, sistem pendidikan, dan perilaku elite. Persatuan bukan berarti menyeragamkan, tetapi mengakui perbedaan sebagai kekuatan.