Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp RakyatNTT.ID
+ Gabung
KETIKA layar komputer menggantikan kertas kalkir, dan algoritma mulai ikut serta dalam proses mendesain ruang hidup manusia, maka kita sedang menyaksikan babak baru dalam sejarah arsitektur.

Di tengah gelombang digitalisasi ini, muncul pertanyaan mendasar: apakah teknologi telah membebaskan imajinasi arsitek, atau justru membentuk “penjara tak terlihat” dalam proses kreatif mereka? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang mendorong saya meneliti dan menulis disertasi berjudul Pengaruh Digitalisasi Arsitektur terhadap Proses Desain Kreatif sebuah refleksi kritis terhadap perubahan besar yang kini sedang mengalir deras dalam dunia profesi arsitek.
Digitalisasi telah mengubah secara radikal cara arsitek bekerja. Perangkat lunak desain seperti AutoCAD, Rhino, Revit, SketchUp, hingga teknologi Artificial Intelligence (AI) kini menjadi alat utama dalam studio arsitektur.
Namun, perubahan ini tidak hanya bersifat teknis, melainkan juga memengaruhi cara berpikir, merasakan, dan menciptakan. Jika dulu desain dimulai dari coretan tangan dan percakapan panjang tentang makna ruang, kini proses itu sering kali dimulai dari template dan kalkulasi digital. Maka penting untuk bertanya: apakah kreativitas kita berkembang, atau justru dibatasi oleh logika algoritma?
Antara Percepatan dan Pembakuan Kreativitas
Tidak diragukan, digitalisasi membawa efisiensi luar biasa. Proyek yang dulu membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk divisualisasikan kini dapat disimulasikan dalam hitungan jam. Desain dapat diuji dalam berbagai parameter lingkungan dan struktural secara simultan. Namun efisiensi ini sering kali dibayar mahal dengan hilangnya spontanitas dan kedalaman eksplorasi bentuk.


WA Channel
Ikuti Kami
Subscribe
Tinggalkan Balasan